RADAR JABAR - Kelompok perjuangan Palestina, Hamas, menuduh Israel merekrut pencari suaka asal Afrika untuk bertempur di Jalur Gaza sebagai upaya menggantikan pasukan mereka yang mengalami kerugian besar dalam perang.
Tuduhan ini disampaikan dalam pernyataan Hamas pada Minggu (15/9), seperti dilaporkan oleh kantor berita IRNA.
Hamas menuding Israel memanfaatkan para pencari suaka Afrika dengan menawarkan imbalan berupa hak tinggal permanen sebagai bentuk pemerasan. Menurut mereka, tindakan ini merupakan pelanggaran berat terhadap hak asasi manusia dan memperlihatkan krisis moral di kalangan otoritas Zionis.
Hamas menyerukan kepada komunitas internasional serta organisasi pembela HAM untuk mengecam tindakan yang mereka sebut sebagai "rasis" tersebut, serta meminta agar para pemimpin Israel bertanggung jawab atas pelanggaran HAM dan hukum perang internasional.
BACA JUGA:Anak Tersangka Percobaan Pembunuhan Trump Ungkap Ayahnya Antusias terhadap Konflik Ukraina
BACA JUGA:Demi Tingkatkan Pendidikan, Sejumlah Negara di Eropa Larang Penggunaan Ponsel di Sekolah
Gerakan Palestina tersebut juga menyerukan agar para pemimpin rezim pendudukan Israel yang terlibat dalam kejahatan berat diminta bertanggung jawab atas pelanggaran hukum perang dan hak asasi manusia internasional.
Beberapa laporan menyebutkan bahwa dalam beberapa bulan terakhir, tentara Israel telah menggunakan tentara bayaran asing untuk ikut serta dalam pembantaian warga Palestina di Jalur Gaza.
Perekrutan ini terjadi di tengah penolakan komunitas Yahudi ultrakonservatif terhadap wajib militer yang diajukan kabinet Zionis untuk ikut berperang dalam konflik genosida di Gaza.
Saat ini, sekitar 30.000 pencari suaka Afrika tinggal di Israel, dan menurut laporan media Israel, rezim Zionis memanfaatkan mereka dalam operasi militer berisiko di Gaza.*