RADAR JABAR - Percayalah, industri game saat ini benar-benar berbeda. Banyak franchise game yang kini menyisipkan unsur woke agenda seperti LGBT, feminisme, dan isu-isu lainnya, dalam gameplay mereka. Masalahnya, komunitas dan perusahaan di industri game, terutama di Barat, sering kali mengadopsi unsur agenda "woke" ini.
Bukankah game dengan tema LGBT yang mereka rilis sering mengalami kerugian? Oleh karena itu, penting untuk membahas dampak negatif dari agenda "woke" terhadap industri game.
Bagi kalian yang belum tahu, istilah "woke agenda" telah diadopsi sebagai kata kunci yang merujuk pada berbagai gerakan sosial, termasuk isu LGBT. Istilah ini biasanya mengacu pada upaya dan gerakan yang fokus pada peningkatan kesadaran sosial mengenai hak-hak dan isu-isu yang berkaitan dengan komunitas LGBT.
Kadang-kadang, istilah ini juga mencakup gerakan sosial lain seperti feminisme, Black Lives Matter, dan sebagainya. Gerakan ini bertujuan untuk mengatasi diskriminasi, stigmatisasi, dan ketidaksetaraan yang dialami oleh individu dalam komunitas LGBT.
Pada dasarnya, gerakan ini awalnya didirikan untuk mengedukasi masyarakat tentang ketidaksetaraan, dimulai dari kasus Black Lives Matter pada tahun 2014. Meskipun seharusnya memiliki dampak positif, gerakan ini sering kali mengalami penyimpangan.
Menjunjung Kesetaraan Tapi Menerapkan Standar Ganda
Negara-negara Barat, khususnya, sering menunjukkan standar ganda. Mereka tampaknya lebih memprioritaskan kelompok tertentu, seperti LGBT dan feminisme, tetapi tidak selalu memperlakukan kelompok lain dengan adil.
BACA JUGA:Daftar Game Rilis September 2024 Apa Saja? Ini Rekomendasinya yang Seru dan Populer
BACA JUGA:5 Hp di Bawah Rp1,5 Juta Terbaik 2024 untuk Main Game, Cocok buat Mobile Legends dan PUBG Mobile
Misalnya, meskipun mereka mendukung dan memuliakan komunitas LGBT, mereka seringkali tidak memperlakukan individu dengan pandangan agama yang kuat dengan cara yang sama.
Banyak agama melarang perbuatan LGBT, dan seringkali, mereka yang memiliki pandangan tersebut menjadi korban diskriminasi. Hal ini menunjukkan bahwa woke agenda dapat memengaruhi industri hiburan secara signifikan.
Banyak Game Berunsur LGBT yang Gagal
Mungkin kalian sudah menyadari bahwa industri film telah terlebih dahulu terpengaruh oleh agenda ini, dan kini industri game juga semakin terdampak. Di abad ini, industri game terasa semakin kehilangan nilai, selain kampanye-kampanye mereka.
Bahkan ada sebuah perusahaan konsultan bernama Street Baby Inc. yang menawarkan jasa konsultasi tentang cara menyelipkan unsur DEI (Diversity, Equity, and Inclusion), "woke", dan sejenisnya ke dalam karya game buatan pengembang besar.
Apakah kalian berpikir bahwa ini adalah pilihan? Tentu tidak. Jika seorang pengembang menolak jasa mereka, pengembang tersebut akan dicap dengan istilah-istilah antiwoke seperti homofobik, seksis, dan lain-lain. Bahkan media Barat atau media yang terkait dengan Street Baby Inc. tidak segan-segan membuat berita-berita hiperbola atau fitnah untuk merusak reputasi pengembang atau game tersebut.
Contohnya adalah game Black Myth: Wukong. Pengembangnya menolak keras untuk berkonsultasi dengan Street Baby Inc., yang kemudian berujung pada berita-berita fitnah. Agenda yang ditawarkan oleh Street Baby Inc. atau perusahaan-perusahaan LGBT lainnya bervariasi, ada yang secara halus dan ada yang secara gamblang.
BACA JUGA:5 Game Bertema Naruto 2D Terbaik yang Pernah Ada, Gak Kalah Seru dari Game 3D