RADAR JABAR - Presiden Joko Widodo menyatakan bahwa Ketua Umum DPP Partai NasDem, Surya Paloh, adalah mitra diskusi politik yang paling sering diajaknya bertukar pikiran, terutama mengenai visi masa depan bangsa dan negara.
Dalam pidatonya di Kongres III Partai NasDem di Balai Sidang Jakarta (JCC) pada Minggu malam, Jokowi menyebut Surya Paloh sebagai ketua partai yang paling sering berdiskusi dengannya.
"Ketua partai yang banyak, paling banyak bertemu dan berdiskusi dengan saya adalah Pak Surya Paloh. Partner diskusi politik saya yang paling banyak, kami bertukar pikiran mengenai masa depan bangsa, mengenai gagasan masa depan untuk negara kita dan lain-lainnya," ujar Jokowi.
Meskipun pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 mereka menempuh jalan yang berbeda, dengan NasDem mendukung pasangan Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar, Jokowi menilai hal itu sebagai sesuatu yang wajar.
BACA JUGA:Menyetujui PKPU 8/2024, Komisi II DPR Nyatakan Sudah Memenuhi Janji kepada Masyarakat
BACA JUGA:Prabowo Subianto Tidak Hadiri Penutupan Muktamar PKB
Jokowi menambahkan bahwa hubungannya dengan Surya Paloh sangat alami dan tulus. Perbedaan dalam kontestasi politik dapat dipahami dan diterima oleh keduanya.
"Ya walaupun pada 2024 sempat beda jalan, Bang Surya di satu di perubahan kemudian, satunya lagi di keberlanjutan, ya enggak apa-apa, biasa, itu wajar. Kita bisa saling memahami dan kita bisa saling mengerti, mengenai perbedaan itu. Karena memang hubungan saya dengan Bang Surya sangat natural, sangat alami, sangat nyata dan apa adanya," ujar Jokowi.
Presiden juga mengakui bahwa meskipun ada perbedaan pendapat, hubungan mereka tetap erat. Mereka bisa menemukan kesamaan, meskipun di tengah-tengah perbedaan.
Jokowi menekankan bahwa meskipun cara mencapai cita-cita untuk Indonesia Emas terkadang berbeda, tujuan akhir mereka tetap sama.
BACA JUGA:Ridwan Kamil Minta Kantor DPD Partai Golkar DKI Jadi Markas Pemenangan
"Kami bisa sangat dekat, walaupun juga bisa berbeda pendapat. Kami bisa saling menemukan kecocokan, walau juga banyak di tengah-tengah itu ada ketidakcocokan. Kami bisa saling mengerti, walau kadang-kadang setelah mengerti juga bingung sendiri-sendiri. Saya pernah salaman, hari ini salaman sepakat, lalu seminggu kemudian beda. Enggak apa-apa, saya kira sangat bagus," kata Presiden Jokowi.*