RADAR JABAR – Sejumlah tokoh Jawa Barat hadir di rumah duka almarhum mantan Gubernur Jawa Barat Raden Nana Nuriana (HR Nuriana) di Komplek Parahyangan Rumah Villa Blok A, Nomor 131 A, Ciwaruga, Parongpong, Bandung Barat, Jawa Barat, pada Kamis.
Sejak pagi hari, rumah duka almarhum telah dipenuhi oleh para pelayat. Di antara mereka adalah Pj Gubernur Jabar Bey Triadi Machmudin yang tiba sekitar pukul 06.30 WIB.
Kemudian, terlihat mantan Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Bandung, Ema Sumarna, terlihat datang pukul 08.55 WIB, diikuti oleh mantan Walikota Bandung, Dada Rosada, yang tiba sekitar pukul 09.10 WIB. Selain itu, tokoh-tokoh lain dari kalangan militer, kepolisian, sivitas akademika, dan masyarakat juga terlihat hadir.
Karangan bunga dari berbagai instansi pun tampak terpasang di depan rumah duka.
Dikabarkan bahwa mantan Gubernur Jabar dua periode, Raden Nana Nuriana, meninggal dunia pada Kamis dini hari pukul 04.55 di Bandung, Jawa Barat.
BACA JUGA:Ridwan Kamil Ungkap Takdir Tidak Bisa Diukur dari Hasil Survei
Setelah dimandikan dan dishalatkan di rumah duka, jenazah almarhum akan dibawa ke Taman Makam Pahlawan (TMP) Cikutra untuk dimakamkan sekitar pukul 11.00 WIB.
Raden Nana Nuriana lahir pada 17 April 1938 di Majalengka dan menjabat sebagai Gubernur Jawa Barat selama dua periode, yaitu dari 1993−1998 dan 1998−2003.
Nuriana adalah seorang purnawirawan tentara dengan pangkat terakhir Mayor Jenderal TNI. Ia menyelesaikan pendidikan di Akademi Militer Nasional (AMN) pada tahun 1962.
Sebelum menjadi gubernur, Nana Nuriana menjabat sebagai Pangdam III/Siliwangi dari tahun 1991 hingga 1993, kemudian ditunjuk menjadi Gubernur Jawa Barat menggantikan Yogie Suardi Memet.
BACA JUGA:Plt Gubernur Lemhannas: Tegaskan Perlunya Kesadaran Keamanan Data Untuk Mencegah Serangan Siber
Selama menjabat sebagai Gubernur Jawa Barat pada periode 1993−1998 dan 1998−2003, Nana Nuriana dikenal sebagai sosok yang pendiam dan terkesan rendah hati. Pada masa kepemimpinannya, ketika Presiden Soeharto mempersiapkan Kawasan Jonggol sebagai lokasi baru untuk Ibukota Indonesia, Nana Nuriana membentuk tim khusus dan turut serta dalam proses pembebasan lahan untuk mendukung gagasan tersebut.
Pada tahun 1997, Nana Nuriana meminta dukungan dari DPRD Jawa Barat untuk mengajukan wilayah selatan, atau penyangga kawasan calon ibu kota Indonesia baru di Jonggol, sebagai pusat pemerintahan provinsi yang baru. Wilayah yang diusulkan termasuk Cikalongkulon, Cianjur, serta sebagian desa di Jonggol selatan.
Ada beberapa alasan yang mendasari rencana pemindahan ibukota baru Jawa Barat ini. Salah satunya adalah tuntutan warga Banten yang mengeluhkan jarak yang jauh antara wilayah mereka dan ibukota Jawa Barat saat ini.
Selain itu, lokasi kantor-kantor pemerintahan provinsi yang terpisah-pisah juga menjadi pertimbangan penting. Namun, meskipun memiliki berbagai alasan yang kuat, pemindahan ibukota tersebut tidak terlaksana hingga akhir masa jabatannya.