Menurutnya, kekalahan disetiap deposit memunculkan rasa emosi pemain guna mengembalikan kembali modal awal. Akibatnya, tak terasa uang telah terkuras habis walaupun pemain diberikan kemenangan.
“Pemain pastinya kan merasa, yes menang. Menangnya misal 10 juta, dari deposit Rp 2 juta. Di riwayat permainan padahal dia udah 10 kali deposit Rp 2 juta. Artinya, sebetulnya dia udah habis Rp 20 juta untuk menang segitu,” ungkapnya
Menurutnya, cara-cara seperti ini yang sukses membuat pemain betah bermain judol. Secara logika, alam bawah sadar pemain dipermainkan yang disebabkan oleh efek kecanduan.
“Pemain kan liat menangnya, oh menang Rp 10 juta, karena kemenangan itu kan dalam satu waktu. Ibaratnya rezeki nomplok lah. Nah ini yang harus mulai dipikirkan karena berbahaya kalau sudah kecanduan,” bebernya.
Dirinya berharap, masyarakat bisa sesegera mungkin berhenti bermain judol. Karena diakuinya, memutus situ mata rantai judol bakal sulit dilakukan oleh Pemerintah. Hal ini berkenaan dengan server yang dijalankan diluar Indonesia.
“Segera berhenti sekarang juga. Alasan saya berhenti karena nurani, banyak chat yang masuk banyak pemain yang kehilangan harta mulai dari rumah, mobil, dan lain-lain,” ungkapnya
“Karena kalau bukan dari diri sendiri, mau siapa lagi yang menyadarkan. Pemerintah pun sulit, server biasa dikelola diluar Indonesia, Kamboja kebanyakan." Pungkasnya. (Dam).