RADAR JABAR - Pemerintah Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, mengerahkan tim dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) setempat untuk mencegah pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh limbah hewan kurban yang sering dibuang ke sungai selama perayaan Hari Raya Idul Adha.
Bupati Cianjur Herman Suherman di Cianjur, Selasa, menyatakan bahwa tim DLH Cianjur akan mengunjungi beberapa perkampungan di daerah hulu untuk mengimbau agar tidak memotong hewan kurban di tepi sungai, melainkan membuat lubang endapan untuk mencegah pencemaran air sungai.
"Kalau membuang darah hewan kurban ke sungai sudah jelas mencemari lingkungan seharusnya dibuat lubang endapan, sehingga darah tidak mengalir ke sungai," katanya.
Tim DLH akan memberikan imbauan serta sanksi teguran bagi para pelanggar, karena setiap tahun sungai di Cianjur selalu tercemar oleh darah hewan kurban yang dibuang ke sungai, terutama selama perayaan Idul Adha.
Bahkan, dalam dua hari terakhir, pihaknya telah menerima banyak laporan mengenai aliran sungai di Cianjur yang berubah menjadi merah akibat darah hewan kurban yang dibuang atau dialirkan ke sungai, menyebabkan air sungai berbusa dan berminyak.
"Kami melarang pemotongan hewan kurban yang darahnya dibuang ke sungai, silahkan membuat lubang endapan karena darah hewan tidak akan merusak tanah malah akan membuat subur," katanya.
Selama hari raya kurban, aliran sungai di Cianjur berubah menjadi merah, berbusa, dan berminyak. Hal ini terlihat di anak Sungai Cianjur yang mengalir sepanjang Kelurahan Muka, Kecamatan Cianjur, dan telah terjadi dalam dua hari terakhir.
Warga yang menyembelih hewan kurban dan membuang darahnya ke sungai sudah marak sejak Senin siang. Hingga Selasa pagi, air sungai masih tampak merah, berbusa, dan berminyak.
"Sudah sejak kemarin air sungai berubah menjadi merah, berbusa dan berminyak, ini sudah sejak lama setiap hari raya kurban ada saja yang membuang darah hewan ke aliran sungai meski sudah dilarang," kata warga warga Gang Merpati, kelurahan Muka, Rustandi (32).
Pihaknya mencatat bahwa tahun ini, tingkat pencemaran sangat parah karena air sungai berubah menjadi merah secara signifikan. Dampaknya, pencemaran ini merugikan warga sekitar yang biasanya menggunakan sungai tersebut untuk budidaya ikan mas dan nila.
"Tahun lalu kerugian petani ikan mencapai puluhan juta karena ratusan ton ikan mati setelah terkena darah bercampur busa dan minyak, sehingga satu pekan menjelang Idul Adha tahun ini, petani sudah memanen ikan lebih awal menghindari kerugian," katanya.