RADAR JABAR - Psikopati adalah gangguan kepribadian kompleks yang melibatkan pola perilaku yang antisosial, kurangnya empati, dan kurangnya rasa bersalah atas tindakan yang merugikan orang lain.
Meskipun penyebab pasti psikopati masih belum sepenuhnya dipahami, banyak ahli percaya bahwa kombinasi faktor genetik, neurobiologis, dan lingkungan dapat berkontribusi pada perkembangan gangguan kepribadian ini.
Berikut 7 penyebab yang mungkin berperan dalam pembentukan karakter psikopat:
1. Faktor Genetik
Studi tentang psikopati menunjukkan bahwa faktor genetik mungkin memainkan peran penting dalam pembentukan karakter psikopat. Beberapa penelitian telah menemukan adanya keterkaitan antara riwayat keluarga dengan gangguan kepribadian ini.
Individu yang memiliki anggota keluarga dengan psikopati atau gangguan kepribadian lainnya mungkin memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengembangkan psikopati.
2. Kelainan Neurobiologis
Ada bukti yang menunjukkan bahwa perubahan dalam struktur dan fungsi otak juga dapat berkontribusi pada psikopati. Studi pencitraan otak telah menemukan perbedaan dalam aktivitas dan koneksi di berbagai area otak pada individu dengan psikopati.
Misalnya, penelitian telah menunjukkan bahwa daerah otak yang terkait dengan empati dan kontrol impuls mungkin mengalami disfungsi pada individu psikopat.
BACA JUGA:10 Tanda-tanda Seseorang Memiliki Karakter Sosiopat
3. Pengalaman Traumatis
Pengalaman traumatis, terutama pada masa kanak-kanak, juga dapat menjadi faktor risiko untuk perkembangan psikopati. Penelitian telah menemukan hubungan antara paparan terhadap kekerasan, penelantaran, atau pelecehan pada masa kecil dengan peningkatan risiko psikopati di kemudian hari.
Pengalaman traumatis seperti itu dapat mengganggu perkembangan emosi dan sosial individu, yang dapat mengarah pada pola perilaku antisosial dan kurangnya empati.
4. Pola Asuh yang Tidak Tepat
Pola asuh yang tidak sehat atau tidak konsisten juga dapat memainkan peran dalam pembentukan karakter psikopat. Misalnya, pola asuh yang otoriter, dingin, atau tidak responsif terhadap kebutuhan emosional anak dapat menyebabkan ketidakstabilan emosi dan gangguan hubungan sosial pada masa dewasa.
Selain itu, kurangnya pengawasan dan batasan yang ketat juga dapat menyebabkan anak mengembangkan pola perilaku impulsif dan antisosial.
BACA JUGA:Sekilas Mirip! Simak Perbedaan Psikopat dan Sosiopat, Kamu Salah Satunya?