Setelah itu, dia diterima di Universitas Islam Madinah, di mana dia pertama-tama mengikuti Program Bahasa (Syu'batul Lughah) dan menyelesaikannya pada tahun 1999.
BACA JUGA:Polisi Tangkap Anggota Laskar Manguni yang Terlibat Kerusuhan Bitung, Marco Karundeng Masih Buron
Dia kemudian melanjutkan studi sarjana (S1) pada tahun 2003, magister (S2) pada tahun 2007, dan doktoral (S3) pada tahun 2013 di Jurusan Dakwah Fakultas Dakwah dan Ushuluddin Universitas Islam Madinah, meraih predikat cum laude di setiap tingkatan. Disertasinya berjudul "Peran Lembaga dan Organisasi Islam dalam Membendung Kristenisasi di Indonesia".
Syafiq Basalamah telah memberikan ceramah di Masjid Agung An-Nur, Pekanbaru pada tahun 2015, dan di Kantor Imigrasi Kelas I Jember pada tahun 2020.
Berdasarkan data Pangkalan Data Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia (PDDikti Kemdikbudristek), dia aktif sebagai dosen tetap di program studi Ahwal Al-Syakhshiyyah di Sekolah Tinggi Dirasat Islamiyah Imam Syafi'i Jember sejak tahun 2016.
Sebagai seorang dosen, Syafiq Basalamah mengajar mata kuliah metode dakwah, akhlak islamiyah, sirah nabawiyah, dan lain-lain.
Selain itu, Syafiq Basalamah juga aktif memberikan ceramah melalui video yang diunggah ke saluran terverifikasi YouTube Yufid.TV pada tahun 2016.
Dalam ceramahnya, Ustad Syafiq Basalamah mengimbau untuk mendoakan pemimpin karena berpahala, serta menjauhi perilaku mencela dan menjelek-jelekkan pemimpin.
Namun, beberapa akun tidak resmi pada tahun 2018 mengunggah kembali video tersebut dengan mengubah judul menjadi #2019GantiPresiden?? (Jangan Mencela Pemerintah) Ustadz Syafiq Reza Basalamah. Video dengan judul yang terpolitisasi itu kemudian digunakan oleh pendukung calon presiden petahana Joko Widodo untuk menyerang Prabowo Subianto.
Pada bulan Ramadan 1442 Hijriyah atau tahun 2021, Kristia Budiyarto (Dede), seorang Komisaris Independen di PT Pelayaran Nasional Indonesia (Pelni) yang dikenal sebagai pendukung garis keras Joko Widodo, membatalkan kajian yang dijadwalkan dengan Syafiq Basalamah, yang diundang oleh Badan Kerohanian Islam (Bakis) Pelni.
Pembatalan tersebut dilakukan secara sepihak tanpa izin dari direksi, dengan alasan bahwa Ustad Syafiq Basalamah bersama dengan beberapa ustaz lainnya seperti Firanda Andirja, Khalid Basalamah, Rizal Yuliar Putrananda, serta Subhan Bawazier, dituduh sebagai penceramah dan pendakwah yang memiliki kecenderungan radikal.