RADAR JABAR - Fenomena Hari Tanpa Bayangan yang dijadwalkan kembali terjadi di Indonesia mulai bulan Februari 2024 telah diumumkan oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).
Fenomena ini, juga dikenal sebagai Kulminasi Utama, terjadi ketika Matahari berada pada titik paling tinggi di langit, sehingga bayangan benda-benda tegak hampir tidak terlihat karena posisi Matahari berada di atas kepala atau di titik zenit.
Akibatnya, bayangan benda tegak hampir tidak terlihat karena bayangan benda-benda tersebut bertumpuk dengan benda itu sendiri, sehingga tampak seolah-olah tidak ada bayangan yang terbentuk. Oleh karena itu, fenomena ini disebut sebagai "Hari Tanpa Bayangan".
Hal ini terjadi karena bidang ekuator Bumi tidak tepat berimpit dengan bidang ekliptika atau bidang revolusi Bumi, sehingga posisi Matahari dari Bumi terus berubah sepanjang tahun.
Fenomena ini biasanya terjadi di daerah-daerah yang berdekatan dengan garis khatulistiwa dan dapat diamati secara periodik setiap tahunnya.
Menurut BMKG, Kulminasi Utama ini akan terjadi dua kali setahun di wilayah Indonesia, dekat dengan saat Matahari berada di khatulistiwa. Periode pertama dimulai dari 21 Februari 2024 di Baa, Nusa Tenggara Timur (NTT), hingga 4 April 2024 di Sabang, Aceh. Sementara periode kedua dimulai dari 7 September 2024 di Sabang, Aceh, hingga 21 Oktober 2024 di Baa, NTT.
Di DKI Jakarta, fenomena ini akan terjadi pada 4 Maret 2024 dan 8 Oktober 2024. Hal ini disebabkan oleh perubahan posisi Matahari yang terjadi sepanjang tahun antara 23,5 derajat Lintang Utara sampai 23,5 derajat Lintang Selatan, yang disebut sebagai gerak semu harian Matahari.
Pada tahun 2024, posisi Matahari akan mencapai khatulistiwa pada 20 Maret 2024 dan 22 September 2024, serta titik balik Utara pada 21 Juni 2024, dan titik balik Selatan pada 21 Desember 2024.