Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo menyampaikan tekadnya untuk mengakselerasi transisi energi di Indonesia.
Dalam upaya menuju lingkungan yang lebih hijau, PLN merancang RUPTL terhijau dalam sejarah Indonesia dengan rencana peningkatan 51,6% pembangkit EBT dalam 3,5 tahun terakhir. Ini adalah langkah besar menuju kelistrikan berkelanjutan.
"3,5 tahun lalu kami merancang RUPTL dan kami sudah menghapus 13 GW PLTU berbasis batu bara sehingga kami mampu menghindari emisi gas rumah kaca 1,8 miliar ton selama 25 tahun. Apakah sudah cukup? belum. Kami juga mengeluarkan peta jalan 'Net Zero Emissions' di tahun 2060, di mana kalau 'bussines as usual' emisinya naik jadi 1 miliar ton tapi ini menjadi 0 ton di tahun 2060," ucap Darmawan.
Sebagai respons terhadap tantangan transisi energi, Darmawan, perwakilan PLN, menjelaskan bahwa PLN terus berupaya mempercepat transformasi.
Mereka telah merancang strategi "Percepatan Pengembangan Energi Terbarukan" untuk mengatasi perbedaan lokasi antara sumber energi terbarukan yang sering jauh dari pusat industri.
Selain itu, PLN tengah membangun infrastruktur "green Enabled Smart Grid" dengan teknologi "Smart Grid" dan sistem pembangkit yang lebih fleksibel, yang akan memfasilitasi transformasi energi yang lebih cepat dan efisien.
“Skenario ini akan mengakselerasi penambahan pembangkit energi terbarukan hingga 75 persen dengan tetap menjaga keandalan sistem, serta meningkatkan kapasitas pembangkit EBT dari sebelumnya 22 GW _(business as usual)_ menjadi 60 GW pada 2040,” jelas Darmawan.
Menurutnya, langkah-langkah ini tidak hanya diambil karena kewajiban internasional atau kebijakan saat ini, tetapi juga sebagai langkah penting untuk memastikan kelangsungan masa depan.
"We doing this because we do really get to make sure that the future the next generations is better than today. Maka dulu tugas PLN adalah menyediakan listrik tetapi sekarang tugas PLN juga adalah to take care the enviroment," tutupnya.