RADAR JABAR - Bagaimana cara memilih orang yang akan kita cintai? Tentang cara memilih pasangan di era modern ini selalu di bawah ideologi Romantisme. Kita seringkali diarahkan untuk mempercayai perasaan kita di atas segalanya.
Cinta dianggap sebagai ekstasi mutual dalam menemukan seseorang yang tidak hanya cantik atau tampan secara fisik, tetapi juga memiliki hati yang baik, dan memiliki kemampuan langka untuk membuat kita bahagia.
Sikap romantis ini terdengar sangat menggoda dan positif. Para pencipta Romantisme tentunya berharap bahwa pendekatan ini akan mengakhiri era hubungan yang tidak bahagia yang disebabkan oleh praktik perjodohan yang kuno.
Namun, ada satu permasalahan yang patut diperhatikan, yaitu ajakan untuk mempercayai insting kita seringkali menghasilkan bencana. Terlalu sering kita menghargai perasaan khusus yang muncul saat kita bertemu seseorang di tempat-tempat seperti kelab malam atau stasiun kereta, pesta, atau bahkan situs online.
BACA JUGA:Kenali dan Pahami 4 Bahasa Cinta ini, Agar Hubungan Kalian Tambah Langgeng!
Hal ini menyebabkan romantisme terlalu sering dianggap sebagai suatu seni, tetapi tidak selalu membawa kebahagiaan dalam hubungan kita dengan pasangan. Dalam masa lalu, pasangan sering kali terpaksa menikah karena perjodohan yang dilakukan oleh keluarga atau penguasa yang ingin menjaga kekuasaan dan wilayah mereka.
Kenyataannya, insting kita kadang-kadang lebih baik daripada perhitungan ketika kita menilai kualitas hubungan cinta kita. Sejarah menunjukkan bahwa pasangan abad pertengahan terkadang berhasil membangun hubungan yang kuat meskipun terbelenggu oleh kepentingan politik dan pernikahan yang diatur oleh pihak ketiga.
Oleh karena itu, dalam memilih pasangan yang kita cintai, kita harus mencari keseimbangan antara mengikuti perasaan kita dan menggunakan akal sehat untuk mengevaluasi potensi hubungan kita.
Jatuh Cinta Menurut Psikologi
Ada sejumlah pemikiran lain yang bisa dipertimbangkan, terutama yang dipengaruhi oleh pendekatan psikoterapi yang menantang keyakinan bahwa kita hanya harus mengikuti insting untuk mencapai kebahagiaan dalam cinta.
Pendekatan ini berpendapat bahwa kita tidak selalu berhasil dalam cinta pada tahap awal, terutama ketika kita tertarik pada orang yang secara idealnya peduli pada kita.
Teori ini mengusulkan bahwa kita jatuh cinta dengan individu yang memperlihatkan perhatian kepada kita dengan cara yang sudah kita kenal sejak masa kecil. Namun, perlu diingat bahwa perbedaan besar bisa terjadi di sini.
Cinta pada orang dewasa sering kali didasarkan pada pola cinta yang sudah terbentuk sejak masa kanak-kanak. Ini bisa menyebabkan kita terjebak dalam pola ketertarikan yang mungkin tidak sejalan dengan perkembangan dan kebahagiaan kita sebagai orang dewasa.
Terkadang, kita mungkin mengira bahwa kita mencari kebahagiaan dalam cinta, tetapi sebenarnya yang kita cari adalah rasa nyaman yang pernah kita rasakan saat masih anak-anak, yang sering kali terkait dengan kelembutan dan kasih sayang.
Penting untuk menyadari bahwa pemahaman tentang cinta dan hubungan bisa berkembang seiring waktu. Oleh karena itu, penting untuk tidak hanya mempercayai insting kita, tetapi juga untuk merefleksikan pola-pola cinta dan kebiasaan yang mungkin terbentuk sejak masa kecil kita.
Dengan begitu, kita dapat lebih baik memahami apa yang sebenarnya kita cari dalam hubungan dewasa kita dan bagaimana mencapai kebahagiaan yang sejati.