PEKALONGAN - Muktamar Sufi se-Dunia 2023 baru saja usai. Gelaran yang diselenggarakan selama 1 Minggu tersebut, baru saja ditutup dengan acara Kliwonan yang dilaksanakan di Kanzus Shalawat milik Habib Muhammad Luthfi Ali bin Yahya, Jum'at 1 September 2023.
Acara yang dibuka langsung oleh Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo, dan dihadiri oleh delegasi ulama lebih dari 50 Negara tersebut, diakhiri dengan sesi shalawat bersama yang dihadiri oleh komunitas sufi dari berbagai penjuru dunia.
Banyak hal unik yang terlihat selama rangkaian kegiatan, diantaranya adalah "berkibarnya" Sarung Majalaya dari Kabupaten Bandung, Jawa Barat, serta Iket Sunda yang muncul ditengah-tengah peci Hitam dan Putih para Ulama Sufi.
Meskipun acara ini digelar di Pekalongan, Jawa Tengah, namun tetap menonjolkan keragaman masyarakat Indonesia, bahkan keragaman Masyarakat Dunia yang mampu berbaur dengan akur diikat oleh nafas dan semangat sufisme, yang menekankan pada upaya mendekatkan diri pada Sang Maha Esa, Allah SWT. Sarung Majalaya, menjadi salah satu Icon yang ikut tampil dalam gelaran tersebut.
Selain dipergunakan sebagai seragam oleh Komunitas Nuswantara Muda dengan warna Khas Poleng Camat Majalaya, sarung ini juga tampak dikenakan oleh Gubernur Jawa Barat, Muhammad Ridwan Kamil, yang hadir memenuhi undangan Pribadi dari Habib Luthfi bin Yahya, untuk turut menyebarkan semangat sufisme ke seluruh Indonesia.
Selain itu, sarung ini juga "terbang" ke berbagai penjuru dunia, sebab dijadikan motif khas official merchandise yang dijadikan oleh-oleh yang dibawa pulang oleh para delegasi luar negeri, ke berbagai penjuru dunia.
"Kami merasa terhormat ditugasi langsung oleh Maulana Habib Luthfi Ali bin Yahya, untuk menyediakan official Merchandise Muktamar Sufi Internasional. Sebagai bentuk syukur atas amanah ini, maka kami buatkan design terbaik, lengkap dengan aksen sarung Majalaya, untuk menunjukkan keindahan dan kekayaan potensi budaya Indonesia, ke Masyarakat Dunia."
Tutur Neneng Kartika, pengelola Koperasi JATMAN Subang Sejahtera, yang merupakan Koperasi binaan Habib Luthfi Ali bin Yahya.
"Kami berusaha keras mendesignkan yang terbaik, sebagai bentuk khidmat atas Dawuh Abah, yaitu 'menjadikan muktamar ini sebagai wajah dan harga diri Bangsa Indonesia, yang akan dibawa ke luar negeri dan menjadi citra Indonesia di mata dunia', kami merasa bersyukur Abah mempercayakan urusan buah tangan yang dibawa pulang oleh para masayikh ini kepada Koperasi kami." Ungkap Kartika.
Selain sarung, ada juga unsur Bangsa Sunda yang muncul pada Muktamar Sufi Internasional, yakni Iket Sunda.
Pada sesi utama Sidang Komisi C Muktamar Sufi Internasional yang membahas Sufisme, Ekonomi, Bela Negara dan Perdamaian Dunia, tampak Iket Sunda berwarna Hitam, muncul ditengah-tengah Peci dan Serban Putih, serta Kopiah Hitam yang dikenakan oleh para Tokoh Sufi Internasional.
Iket ini dikenakan dengan Bangga oleh Rakeyan Nuswajati Bezie Galih Manggala, Pangeran Karatwan Galuh Pakuan, yang juga merupakan Founder dan pegiat dari Nuswantara Muda dan Forum UMKM Nuswantara.
A Bezie, yang dipercaya menjadi Moderator Sidang Utama Komisi C, dan mengawal langsung Habib Luthfi yang memberikan Keynote Speech pada sidang tersebut, mantap menunjukan Identitas Sundanya ditengah-tengah semarak ragam warna budaya yang dikenakan para sufi.
"Sufisme adalah sebuah sisi dalam Islam yang mempromosikan keragaman budaya, seorang sufi akan menelaah, mempelajari, serta menjalankan dan melestarikan kearifan lokal yang dimiliki Bangsanya, ini yang diajarkan oleh Abah Luthfi pada kami. Abah Luthfi adalah sosok yang sangat mencintai budaya, beliau memperlihatkan pada kami bahwa berislam tidak harus menjadi Arab." Ungkap Bezie.
"Bahkan, kami ditugaskan untuk mendalami dan mempromosikan ilmunya Wali Songo, yang menurut beliau, sukses mewujudkan Islam yang ramah dan dan penuh Rahmah. Hal ini beliau sampaikan saat menjawab undangan para Ulama Sufi untuk turut meredakan situasi konflik yang melanda negara-negara Islam seperti Palestina dan Syuriah." Ungkap Bezie.