RADAR JABAR - Hypophrenia, juga dikenal sebagai "flat affect," adalah kondisi emosional yang ditandai dengan perasaan kecemasan yang lemah atau minim.
Individu yang mengalami hypophrenia mungkin merasa emosionalnya tumpul, datar, atau kurang bersemangat dalam merespons situasi yang seharusnya memicu emosi.
Meskipun hypophrenia dapat mengganggu kualitas hidup seseorang, penyebab pastinya belum sepenuhnya dipahami.
Namun, ada beberapa faktor yang mungkin berkontribusi terhadap munculnya hypophrenia.
1. Faktor Neurobiologis
Penelitian menunjukkan bahwa ketidakseimbangan neurotransmitter dalam otak, seperti serotonin, dopamin, dan noradrenalin, dapat mempengaruhi suasana hati dan respons emosional seseorang.
Gangguan pada sistem saraf pusat, termasuk perubahan dalam sirkuit otak yang terlibat dalam pengaturan emosi, bisa menjadi penyebab potensial hypophrenia.
2. Gangguan Kesehatan Mental
Hypophrenia sering kali dikaitkan dengan gangguan mental seperti depresi mayor dan skizofrenia.
Gangguan ini dapat menyebabkan perubahan dalam cara otak merespons emosi dan merasa kesulitan mengalami kebahagiaan atau antusiasme.
Faktor neurokimia yang terlibat dalam gangguan mental ini juga dapat berkontribusi pada timbulnya hypophrenia.
3. Efek Obat-obatan atau Pengobatan
Beberapa obat-obatan atau pengobatan psikiatrik, terutama antipsikotik yang digunakan untuk mengobati skizofrenia dan gangguan bipolar, dapat memiliki efek samping yang menyebabkan hypophrenia.
Pengaruh obat-obatan pada neurotransmitter otak dan aktivitas saraf dapat mempengaruhi respons emosional seseorang.
4. Faktor Genetik
Ada kemungkinan bahwa faktor genetik atau faktor keturunan dapat memainkan peran dalam munculnya hypophrenia.
Kecenderungan untuk mengalami gangguan mental tertentu atau ketidakseimbangan neurotransmitter dapat diturunkan dalam keluarga, yang pada gilirannya dapat memengaruhi kemungkinan seseorang mengalami hypophrenia.
5. Trauma dan Stres Kronis
Paparan terhadap trauma atau stres kronis dapat memengaruhi sistem saraf dan aktivitas otak, yang pada gilirannya mempengaruhi respons emosional.
Individu yang mengalami trauma berulang atau stres yang berkepanjangan mungkin mengalami penurunan respons emosional yang dapat menyebabkan hypophrenia.