RADAR JABAR - Prof. Dr. dr. Agus Dwi Susanto, Sp. P(K), FISR, FAPSR, seorang ahli dalam bidang Pulmonologi dan Respirasi dari Universitas Indonesia, menjelaskan bahwa pada kondisi polusi udara, masyarakat dapat menggunakan masker kain yang telah diberi lapisan filter untuk partikel berukuran 2.5 mikrometer (PM 2.5).
"Ini bisa jadi solusi murah pada masyarakat yakni masker kain ditambah filter untuk PM 2.5. Ini banyak di toko daring jual filter untuk PM 2.5 harganya Rp10 ribu," kata Agus dalam konferensi pers daring di Jakarta, Rabu (23/8).
Agus menginstruksikan pada setiap orang khususnya masyarakat perkotaan untuk mengenakan masker kain dan menempatkan filter untuk PM 2.5 di bawah masker kain ketika berada di luar ruangan. Pendekatan ini dianggap memiliki kemampuan penyaringan sekitar 95 hingga 99 persen.
Tambahan dari penggunaan filter PM 2.5, Agus, yang juga menjabat sebagai Direktur Utama Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan, memberikan saran bahwa masyarakat juga memiliki pilihan untuk menggunakan masker N95, KF94, dan masker bedah.
BACA JUGA:Hari Ini Jakarta jadi Kota dengan Kualitas Udara Terburuk di Dunia, Ini Penyebab Polusi yang Terjadi
Dalam kesempatan yang sama dalam konferensi pers, seorang ahli paru dari Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan, Dr. Feni Fitriani Taufik, Sp.P(K), M.Pd.Ked menyampaikan penelitian seputar partikel debu vulkanik.
Ia mengemukakan bahwa masker N95 dianggap sebagai yang terbaik untuk kemampuan penyaringan hampir mencapai 100 persen, sementara efisiensi penyaringan masker bedah diperkirakan sekitar 88,7 persen.
"Masker kain diberi penyaring PM 2.5 juga baik," tutur Feni.
Berkaitan dengan potensi kebocoran masker atau respirator, berdasarkan hasil studi, terungkap bahwa masker N95 memiliki tingkat kebocoran terendah, yaitu sekitar 9 persen, sedangkan masker bedah memiliki tingkat kebocoran sekitar 35 persen.
BACA JUGA:Polusi Udara Jakarta Meningkat! Ketahuilah Bahaya dari Polusi Udara Bagi Kesehatan
Feni mencatat bahwa masker dapat berfungsi sebagai perlindungan saat menghadapi kondisi polusi udara saat harus beraktivitas di luar rumah.
Namun, jika ada gejala seperti batuk, pilek yang berlangsung lama, atau peningkatan masalah pernapasan seperti asma atau penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), disarankan agar individu segera mencari perawatan medis di fasilitas kesehatan.
Feni juga mengajak masyarakat untuk aktif dalam mengurangi sumber polusi udara, seperti menghindari pembakaran sampah, mengadopsi transportasi massal, mengurangi paparan udara tercemar dengan memantau tingkat polusi udara sebelum keluar rumah saat kondisi polusi tinggi.
Disarankan pula menjalani gaya hidup sehat dan bersih, termasuk menghindari merokok dan berolahraga secara teratur. Ketika hendak berolahraga di luar, disarankan memilih waktu saat tingkat polusi udara rendah, dan jika memungkinkan, pertimbangkan berolahraga di dalam ruangan.
Feni juga mengingatkan perlunya peraturan yang lebih ketat dalam kolaborasi dengan berbagai sektor, termasuk rumah sakit dan akademisi, untuk mengatasi polusi udara secara konkret.