RADAR JABAR - Lukman Leong yang merupakan Analis Pasar Mata Uang telah memperikirakan nilai rupiah akan melemah akibat tekanan oleh rebound pada dolar Amerika Serikat (AS). Pasalnya perkiraan tersebut berdasarkan hasil data tenaga kerja AS klaim pengangguran (Initial Jobless Claims) yang lebih baik dari ekspetasi.
Diketahui bahwa klaim pengangguran AS mencapai 228 ribu, lebih baik dari yang diekspetasikan, yaitu sebesar 242 ribu.
"(Hal ini mendorong) peningkatan prospek tingkat suku bunga The Fed. Range (berkisar) Rp 14.950 - Rp 15.050 per dolar AS" kata Lukman pada Jumat (21/7) di Jakarta.
Ia jua menyatakan bahwa jika ditinjau dari sentimen Eropa tidak akan langsung memengaruhi nilai rupiah. Di Tiongkok disebutkan masih menekan mata uag regional yang saat ini terjadi perlambatan ekonomi.
"Namun, dari waktu ke waktu, ada harapan yang muncul dari usaha-usaha China mendukung ekonomi mereka" ujar Lukman
Di sisi lain, Josua Pardede yang merupakan Kepala Ekonomi Bank Permata menyatakan hal yang sama, bahwa dolar AS menguat terhadap mata uang G-10, kecuali dolar Australia. Hal tersebut berdasarkan rilis US Initial Jobless Claims yang telah mencatat klaim pengangguran yang lebih baik dari ekspetasi.
"(Ini) mengindikasikan bahwa pasar tenaga kerja di AS tetap ketat. Pasar tenaga kerja yang lebih ketat mendukung stance kebijakan moneter AS yang ketat, sehingga mendorong penguatan Dollar Index dan kenaikan yield UST" ujarnya
Ia melanjutkan bahwa secara keseluruhan bahwa Dollar Index naik yang bermulai dari 0,60 persen menjadi 100,88. Semenyara yield UST naik yang bermula 10 bps kini menjadi 3,85 persen.
Diketahui bahwa nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta melemah sebesar 0,24 persen atau sebesar 36 poin. Kini nilai kurs rupiah menjadi Rp15.022 per dolar AS, yang sebelumnya bernilai Rp14.986 per dolar AS.*