RADAR JABAR - Prancis menolak klaim yang dibuat oleh Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia (OHCHR), mengimbau Prancis untuk menghadapi tantangan isu rasisme setelah diskriminasi rasial yang terjadi di lembaga penegak hukum negara tersebut, pada Jumat (20/7).
"Setiap tudingan rasisme atau diskriminasi sistemik oleh polisi di Prancis sama sekali tidak berdasar," kata Kementerian Luar Negeri Prancis dalam sebuah pernyataan.
Kementerian Luar Negeri Prancis menyatakan bahwa petugas polisi di Prancis tunduk pada pengawasan internal, eksternal, dan yudisial yang sejalan dengan praktik yang diterapkan di beberapa negara lainnya.
Pemerintah Prancis menegaskan bahwa mereka dan kepolisian mereka secara aktif berkomitmen untuk melawan rasisme dan segala bentuk diskriminasi. "Tidak ada keraguan tentang komitmen ini," kata pernyataan itu.
Pernyataan tersebut juga menegaskan bahwa polisi menghadapi situasi kekerasan dengan tingkat profesionalisme yang tinggi, dan menekankan bahwa penggunaan kekuatan oleh pihak berwenang diatur oleh prinsip-prinsip kebutuhan dan proporsionalitas yang mutlak, serta tunduk pada pengawasan yang ketat.
BACA JUGA:Manusia Kini Bisa Hidup Romantis dengan Tikus di Kota Paris
Pernyataan tersebut juga mencatat bahwa dalam kerusuhan yang terjadi dalam beberapa hari terakhir di Prancis, sebanyak 249 petugas polisi mengalami luka-luka.
Sebelumnya, juru bicara Kantor Komisaris Tinggi Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa (OHCHR), Ravina Shamdasani, menyatakan bahwa Prancis harus segera mengatasi isu-isu rasisme dan diskriminasi dalam penegakan hukum di negaranya.
"Ini adalah momen bagi negara tersebut untuk secara serius menangani masalah rasisme dan diskriminasi yang tertanam di dalam penegakan hukum," kata Shamdasani.
Prancis telah menyaksikan aksi protes yang meluas setelah seorang remaja berusia 17 tahun bernama Nahel tewas ditembak oleh seorang petugas polisi di pinggiran kota Paris, Nanterre, pada hari Selasa (27/6).
Kerusuhan meletus di berbagai kota di Prancis, termasuk Marseille, Lyon, Toulouse, Strasbourg, Lille, dan Paris.
Adegan barikade terbakar terlihat saat kerusuhan terus berlanjut setelah kematian remaja keturunan Aljazair dan Maroko itu, yang terjadi saat dia dihentikan oleh seorang polisi Prancis dalam insiden lalu lintas. Kejadian ini telah memicu gelombang protes nasional di Prancis.