RADARJABAR.ID - Badan Meteorologi, Krimatologi dan Geofisika (BMKG) lakukan analisis dan potensi cuaca ekstrem untuk wilayah Provinsi Jawa Barat.
Kepala BMKG Stasiun Geofisika Bandung, Teguh Rahayu mengatakan, pihaknya melakukan pemantauan cuaca terkini, dengan analisis streamline, yang menunjukkan wilayah Jawa Barat didominasi oleh angin timuran.
"Pola siklonik terjadi di Laut China Selatan dan Laut Arafura. Tanpa adanya gangguan berupa pusat tekanan rendah di sekitar perairan Jawa Barat," kata Rahayu melalui seluler, Selasa (25/4).
Dia menerangkan, terjadinya pola siklonik tersebut, menyebabkan adanya potensi kenaikan pertumbuhan awan hujan di wilayah Bandung Raya.
Selain itu, adanya aktivitas gelombang ekuatorial dan kondisi labilitas atmosfer lokal, menyebabkan peningkatan proses konvektif di wilayah Bandung Raya, yang juga berpeluang membuat pertumbuhan awan hujan tetap aktif.
"Terutama hujan sedang hingga lebat, dengan durasi singkat yang berpotensi diikuti kilat atau petir dan juga angin kencang," terang Rahayu atau akrab disapa Ayu.
Dia menjelaskan, dalam analisis BMKG terkait potensi cuaca ekstrem, terpantau juga kondisi El Nino-Southern Oscillation (ENSO).
Diketahui, El Niño-Southern Oscillation atau El Nino-Osilasi Selatan (ENSO), merupakan variasi angin dan suhu permukaan laut, di wilayah tropis belahan Timur Samudra Pasifik yang ireguler dan berkala.
ENSO cukup berpengaruh terhadap cuaca di sebagian besar wilayah tropis dan subtropis bumi. Periode panasnya disebut sebagai El Nino, sementara periode dinginnya disebut La Nina.
"BMKG memantau besarnya indeks ENSO pada awal dasarian tiga, April 2023 tercatat sebesar +0,09, yang berarti ENSO dalam kondisi netral," jelas Ayu.
"BMKG memprediksikan kondisi ENSO netral akan berlangsung hingga pertengahan 2023. Sedangkan beberapa pusat iklim dunia memprediksi Kondisi ENSO netral menuju El Nino pada semester dua, 2023," lanjutnya.
Ayu mengungkapkan, melihat dari analisis terkait potensi cuaca ekstrem, wilayah Bandung Raya untuk saat ini tengah memasuki masa pergantian musim atau biasa disebut pancaroba.
"Secara empiris, wilayah Bandung Raya sudah memasuki masa pancaroba pada bulan April hingga Mei dasarian satu," ungkapnya.
Ayu menyampaikan, pada masa pancaroba itu, potensi bencana hidrometeorologi seperti hujan lebat dalam durasi singkat hingga angin kencang akan alami peningkatan.
"Selain itu potensi bencana hidrometerologi, potensi lainnya seperti hujan es dan puting beliung akan juga meningkat," imbuhnya.