"Namun untuk saat ini kita membutuhkan harapan yang masuk akal, motivasi yang besar, visi yang tajam, kemitraan yang kuat dan kemauan untuk menciptakan upaya konservasi yang sukses dan strategis sebagai gerakan global," dorongnya.
Dirinya menimbang, bahwa konservasi hanya akan benar-benar berhasil jika komunitas dan project di seluruh dunia mampu menghentikan dan membalikkan tren penurunan spesies dan ekosistem.
"Oleh karena itu, untuk mewujudkannya, kita sangat membutuhkan transformasi sistemik," serunya.
Putera Dayak itu menjabarkan, implementasi transformasi sistemik tersebut dapat dilakukan melalui beberapa cara. Pertama, melindungi potensi keanekaragaman hayati dan jasa lingkungan di taman nasional dengan melibatkan masyarakat sekitar kawasan lindung.
Kedua, dengan menangani kawasan terbuka melalui kebijakan resolusi konflik tenurial dan restorasi ekosistem.
Ketiga, meningkatkan partisipasi masyarakat melalui kemitraan konservasi dan pemberdayaan masyarakat, serta meningkatkan kesadaran masyarakat untuk menjaga ekosistem hutan dan laut.
Kemudian keempat, mengoptimalkan koordinasi multi-stakeholder seperti Kementerian/Lembaga lain, pemerintah daerah, swasta atau pihak lain dalam mendukung kebijakan pembangunan kawasan yang bersinggungan dengan kawasan lindung.
Terakhir dengan cara meningkatkan pengelolaan pengembangan kawasan lindung, melalui peningkatan efektivitas pengelolaan kawasan lindung.
"Biodiversitas adalah tulang punggung bagi kelestarian lingkungan, ekonomi, dan sosial. Untuk itu, mari kita jaga untuk konservasi, kita lindungi dan kita manfaatkan secara berkelanjutan," tandasnya.*(YUD)