JAKARTA- Ustaz Abdul Somad (UAS) ikut menyoroti drama kasus pembunuhan berencana yang dilakukan Ferdy Sambo terhadap Brigadir Nofriansyah Yoshua Hutabarat alias Brigadir J.
UAS menyebut pada saat ini sedang terjadi perubahan yang luar biasa dan kasus ini sampai akhirnya menyeret institusi kepolisian.
UAS Menilai bahwa drama pembunuhan Brigadir J sudah bukan lagi sinetron televisi saja, tetapi diangkat dari kisah nyata.
"Sekarang 2022, terjadi perubahan yang luar biasa. Bukan sandiwara radio, bukan sinetron televisi, tapi true story. Episode per episode dari Bharada E, Brigadir J,” kata UAS, pada saat berbicara di acara dialog nasional bertajuk 'Islam adalah Elemen Kekuatan NKRI' pada Sabtu, 20 Agustus 2022 lalu.
Menurut UAS, skenario pembunuhan itu sebenarnya sudah dirancang sedemikian rupa dan rapih agar tidak ada orang lain yang mengungkapnya.
Hanya saja, karena adanya faktor 'ibu' yang menjerit membuat kasus pembunuhan itu akhirnya terungkap ke publik juga.
Ibu yang dimaksud yakni Ibunda Brigadir J bernama Rosti Simanjuntak yang meminta agar peti mati dari jenazah anaknya itu dibuka dan dilakukan autopsi ulang.
"Tapi jangan lupa, kenapa semuanya ini bisa muncul. Padahal semuanya sudah berkolaborasi yang begitu indah dengan konfrensi pers yang sempurna, prefect," ujar UAS.
"Kenapa bisa batal itu semua? Karena ada seorang ibu yang menjerit, dia minta itu peti dibuka," tambahnya.
Lebih lanjut, UAS meyakini dengan adanya kekuatan seorang ibu maka kasus tersebut bisa terbongkar dan menjadi jelas.
Ibu yang dimaksud yakni Ibunda Brigadir J bernama Rosti Simanjuntak yang meminta agar peti mati dari jenazah anaknya itu dibuka dan dilakukan autopsi ulang.
"Tapi jangan lupa, kenapa semuanya ini bisa muncul. Padahal semuanya sudah berkolaborasi yang begitu indah dengan konfrensi pers yang sempurna, prefect," ujar UAS.
"Kenapa bisa batal itu semua? Karena ada seorang ibu yang menjerit, dia minta itu peti dibuka," tambahnya.
Lebih lanjut, UAS meyakini dengan adanya kekuatan seorang ibu maka kasus tersbeut bisa terbongkar dan menjadi jelas.
"Mahasiswa tidak berani. Jadi kalau mahasiswa tidak berani dan tidak memiliki kekuatan seperti ibu dari Yosua Hutabarat, menyerahkan kepada emak-emak. Itu kekuatan ibu yang luar biasa," pungkasnya.