RadarJabar – Belum lama ini seorang mantan pejabat AS, Henry Kissinger, menyebut bahwa resiko peperangan antara Amerika Serikat, Cina, dan Rusia, kemungkinan besar bisa terjadi.
Mantan Menteri Luar Negeri di era administrasi Presiden Richard Nixon mewanti-wanti agar tidak salah arah dalam menetapkan kebijakan-kebijakan geopolitik.
Henry Kissinger memperingatkan Washington di bawah kepemimpinan Presiden Joe Biden untuk berhati-hati dan tidak melakukan kesalahan dalam menetapkan kebijakan.
Ia melihat beberapa tindakan Washington telah melakukan blunder hingga memantik ketegangan geopolitik dan membuat hubungan dengan seterunya sebagai negara adidaya, Cina dan Rusia, menjadi kian memanas.
"Saya pikir periode saat ini (Washington) memiliki masalah besar dalam menentukan arah," kata Kissinger, dikutip oleh Jabar Ekspres dari Daily Mail, 14 Agustus 2022.
Periode yang ia singgung itu merupakan periode ketegangan politik internasional yang saat ini sedang terjadi, baik itu konflik Ukraina maupun kunjungan Ketua DPR Amerika Nancy Pelosi ke Taiwan beberapa waktu lalu.
Henry Kissinger lantas mengatakan bahwa kesalahan-kesalahan arah dari Washington itu bertanggung jawab meningkatkan resiko Amerika Serikat terlibat peperangan dengan Cina dan Rusia.
"Kita berada di ambang perang dengan Rusia dan Cina pada isu-isu yang sebagian kita ciptakan," kata Kissinger kepada Wall Street Journal, seperti dikutip Daily Mail.
Kunjungan Ketua DPR Amerika Serikat, Nancy Pelosi, ke Taiwan membuat hubungan antara Cina dan Amerika Serikat memanas.
Nancy Pelosi mendarat di Taiwan sekitar pukul 22.45 waktu setempat pada Selasa, 2 Agustus 2022.
Dalam kunjungan tersebut Nancy Pelosi mengemban tugas sebagai delegasi kongres resmi ke Asia minggu ini.
Kendati demikian, NBC News menyebut kunjungan Nancy Pelosi itu sebagai “kunjungan yang mendadak”.
Usai Nancy Pelosi dikabarkan tiba di Taiwan, Cina langsung merespons hal tersebut dengan peringatan keras.
Melansir Global Times, aktivitas militer Cina mulai meningkat secara drastis.
Kunjungan Ketua DPR Amerika Serikat itu dianggap sebagai “provokasi dan pelanggaran serius terhadap kedaulatan dan integritas teritorial Cina yang akan ditanggapi dengan tindakan balasan yang keras dari militer China,”.