"Sekitar tahun 1900 berdiri Fathul Khair, pendidikan formalnya ada sekolah Belanda yang sekarang SDN 8, kemudian muncul SGB (Sekolag Guru Bawah) yang sekarang jadi SMPN 1 Cicalengka," terangnya.
"Ini salah satu proses dari Kepatihan kemudian Keresidenen, menjadi Kewedanaan hingga sekarang ini Kecamatan," lanjut Didin.
Dia mengaku, sampai saat ini bangunan Kantor Kecamatan Cicalengka masih ada yang belum berubah seperti ruang aula, secara desain interior tetap sama dengan masa Keresidenan.
"Kita akan bentuk kembali tampilan atau istilahnya mereplikasi Kantor Kecamatan Cicalengka seperti masa Kepatihan/Keresidenan," paparnya.
Didin menegaskan, meski akan dilakukan perombakan dalam arti mengembalikan tampilan bangunan seperti masa Pemerintahan Hindia Belanda, kontur dan struktur yang masih utuh tak akan dirubah.
"Rencana ke depan setelah direplikasi dengan bermacam tantangan dan dana, akan bentuk Musieum Cicalengka," pungkasnya.
Melalui konsep mereplikasi bangunan kantor kecamatan seperti pada masa Kepatihan itu, diharapkan Didin bisa menjadi warisan dan ilmu pengetahuan terkait sejarah bagi para penerus bangsa khususnya di Cicalengka.*** (Bas)