"Karena hujan tinggi, tanaman kena badai, akhirnya suplai bunga tidak seimbang otomatis jadi banyak gagal panen," lanjut Tisna.
Dalam pemaparannya, meski curah hujan akhir-akhir ini tergolong tinggi, Tisna menuturkan, para petani bisa memanfaatkan ketersediaan air yang melimpah guna mendapatkan hasil panen besar untuk mendapat keuntungan.
"Tapi kalau petaninya (bisa mengantisipasi) pakai plastik biar terlindungi, itu (tanaman akan selamat) bisa mengalami keuntungan," tutup Tisna.
Sementara itu, Tisna menerangkan, faktor lain para petani mengalami kerugian untuk saat ini bukan hanya disebabkan oleh cuaca ekstrim.
"Komoditas-komoditas yang sebelumnya ada subsidi dikurangi. Pertanian juga dari 43 macam jadi hanya 9 macam yang disubsidi," katanya.
Adapun komoditas yang masih disubsidi oleh pemerintah untuk kebutuhan pupuknya, pungkas Tisna, antara lain yakni jagung, padi, kedelai, bawang merah, cabai merah.
"Subsidinya masih ada tapi dikurangi, hanya 36 persen dari kebutuhan. Tahun depan(2023) pak Bupati ada hibah untuk kelompok (tani)," paparnya.
"Rata-rata per kelompok diberi Rp10 Dihitung per orang Rp500 ribu (rupiah) di setiap kelompok (tani) untuk stimulan pemberian pupuk," ujar Tisna.
Tisna menjelaskan, pemberian dana hibah bagi kelompok-kelompok tani oleh Pemerintah Kabupaten Bandung itu, sudah disiapkan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) sebesar Rp26 miliar rupiah.*** (Bas)