Radarjabar.disway.id — Pemerintah Italia langsung mengumumkan darurat krisis iklim usai longsor es Pegunungan Alpen merenggut setidaknya tujuh orang.
Mario Draghi, Perdana Menteri Italia, langsung merapat bersama para ilmuwan. Mereka sepakat bahwa ambruknya gletser di Pegunungan Alpen Italia disebabkan oleh darurat krisis iklim, dikutip oleh Jabar Ekspres dari Common Dreams, Minggu (3/7/2022).
Mario Draghi lantas berseru kepada para pembuat kebijakan untuk melihat permasalahan ini dengan serius. Ia tidak ingin bencana akibat krisis iklim ini kembali menjadi malapetaka ke depannya.
Pihak berwenang menjelaskan bagaimana bencana yang telah menewaskan tujuh orang ini bisa terjadi. Ia mengatakan bahwa longsoran es itu dipicu oleh kerusakan lingkungan dan situasi iklim.
"Dikombinasikan dengan suhu yang luar biasa tinggi di seluruh wilayah selama musim panas, gletser mencair dengan cepat," kata Jonathan Bamber, direktur Bristol Glaciology Center di University of Bristol di Inggris, seperti dikutip Common Dreams, Senin (4/7/2022).
Poul Christoffersen, seorang profesor glasiologi di Universitas Cambridge, menyebut bahwa longsoran es itu merupakan imbas langsung dari perubahan iklim, laporan dari Science Media Center, Senin (4/7/2022).
Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim PBB (IPCC) belum lama ini memperingatkan dalam sebuah laporan bahwa pencairan es dan salju adalah salah satu dari sepuluh ancaman utama yang harus dihadapi manusia karena krisis iklim.
Krisis iklim itu nyata. Sudah banyak bukti. Ia adalah hal yang darurat bagi keberlangsungan manusia di muka bumi. PBB bahkan mengatakan bahwa menangani krisis iklim adalah “now or never“.
Sebelumnya, krisis iklim juga menjadi penyebab mencairnya gunungan-gunungan es di Antartika.
Tidak hanya itu, krisis iklim juga sebenarnya sangat dekat dengan kehidupan kita sehari-hari. Dengan kata lain, ia juga sudah ada dan mempengaruhi cuaca di sekitar kita.
Krisis iklim mengakibatkan cuaca menjadi lebih buruk. Buruk bagi siapa? Bagi kita semua, tentu saja. Begitulah kata Spencer Weart, seorang sejarawan dan mantan direktur Center for History of Physics di American Institute of Physics, College Park, Maryland, kepada Live Science, Senin (30/5/2022).
Dampak-dampak dari bencana iklim sudah di depan mata. Ini seharusnya menjadi menjadi peringatan keras bagi semua pihak, khususnya pemerintah. Tanpa perubahan kebijakan, bencana-bencana seperti ini akan terus berlanjut ke depannya. Cepat atau lambat.***