JABAREKSPRES - Tesla sudah diterpa kabar pemutusan hubungan kerja (PHK) pada banyak karyawan sejak lama. Ternyata kabar itu bukan hanya sebua isu. Baru-baru ini, CEO Tesla Elon Musk telah melakukan PHK pada hampir 200 pekerja di kantor San Manteo, California.
Dilansir dari TechCrunch, karyawan yang di-PHK berasal dari divisi pengembangan sistem autopilot, dengan rincian jumlah karyawan sebanyak 195 orang dan hanya menyisakan 81 orang.
Seluruh karyawan di-PHK berasal dari seluruh tingkatan manajemen perusahaan, mulai dari supervisor hingga analis data. Sedangkan 81 karyawan yang tersisa dilaporkan akan dimutasi ke kantor lain.
Pemindahan karyawan tersisa dilakukan karena kantor di San Manteo itu akan ditutup. Meski begitu, hingga saat ini belum jelas karyawan tersisa akan dimutasi ke kantor yang mana.
Karyawan yang terdampak mayoritas adalah mereka yang memiliki keterampilan serta upah rendah, seperti karyawan yang bekerja dalam pelabelan data autopilot.
Dikutip dari CNBC, dua karyawan terdampak yang tidak disebutkan identitasnya, mengaku jika Tesla sempat memindahkan sejumlah karyawan serupa ke kantor Palo Alto, California.
Selain itu, Tesla disebut juga telah merekrut beberapa karyawan baru dalam tim analis data autopilot yang ditempatkan di kantor Buffalo, New York. Kemungkinan hal itu dilakukan Tesla untuk memangkas biaya operasional perusahaan.
Pasalnya, menurut data Glassdoor, gaji karyawan analis data Tesla di Buffalo disebut lebih sedikit dibandingkan di San Mateo.
Namun, hingga saat ini belum diketahui tujuan pasti pemecatan dan pemindahan karyawan Tesla tersebut.
Meski banyak anggapan yang beredar, Musk sudah jelas akan memangkas karyawan di perusahaannya itu.
Seperti pada pernyataannya di awal bulan ini, dikutip Reuters, Musk berencana memangkas 10 persen dari total karyawannya atau setara hampir 10 ribu karyawan yang tersebar di seluruh dunia.
Sebelumnya, pada 12 Juni lalu, Musk juga telah memecat bos Tesla yang ada di Singapura. Bisa jadi, cara PHK menjadi kebijakan mengejutkan untuk Tesla agar tetap bertahan di tengah krisis yang dialami beberapa negara dunia saat ini. (bbs)