Radarjabar.disway.id — Apakah masakan rendang mempunyai agama atau tidak sekarang sedang hangat dibincangkan. Namun yang pasti, rendang mempunyai sejarah.
Hidangan yang satu ini tidak hanya terkenal di Nusantara, namun juga terkenal hingga manca negara. Aroma dan selera yang khas dari masakan ini kerap menjadi hidangan pilihan untuk memanjakan lidah.
Menurut berbagai sumber, ketika membicarakan hidangan ini, maka kita tidak akan terlepas dengan daerah Sumatera bagian barat, ialah Minangkabau.
Dengan kata lain, hidangan rendang ini merupakan kuliner asli dari masyarakat Minangkabau. Kendati masih membutuhkan penelitian lebih lanjut, namun hidangan yang kaya akan olahan rempah-rempah ini diperkirakan telah ada sebagai bagian dari tradisi nenek moyang masyarakat Minangkabau.
Penetapan kali pertama hidangan ini dicetuskan masih menjadi bahan penelitian para peneliti. Pasalnya, persebaran rendang mencakup daerah-daerah lainnya bahkan hingga ke Malaysia.
Kiat-Kiat mengolah masakan ini mengalami perkembangan luas hingga ke Riau, Mandailing, Jambi, dan bahkan hingga ke negara-negara tetangga sebelah.
Melansir Wikipedia, seorang peneliti dari Universitas Andalas, Padang, bernama Gusti Anan memberikan catatan yang menduga bahwa kuliner ini mulai muncul pada abad ke-16.
Hipotesis itu berlandaskan catatan pada abad ke-19. Saat itu masyarakat Minang sering melakukan perjalanan jauh seperti menuju Selat Malaka hingga ke Singapura. Dalam naskah Hikayat Amir Hamzah, misalnya, kata rendang disebut dalam naskah tersebut. Menurut sumber, naskah ini memberikan gambaran masyarakat Melayu pada abad ke-16, atau sekitar 1550-an.
Asumsinya, perjalanan mereka saat itu tentunya memakan waktu yang sangat lama sebab menggunakan jalur laut, sehingga bisa sampai selama berbulan-bulan. Di satu sisi, mereka perlu membuat pasokan makanan tetap utuh. Mereka membutuhkan makanan yang tahan lama. Dan di saat itulah rendang dibikin.
Hal tersebut tentunya berkaitan dengan penamaan hidangan itu sendiri, rendang. Melansir Tirto.id, kata "rendang" merupakan turunan dari kata "marandang", yang artinya "secara lambat".
Hal tersebut tentu menjadi petunjuk penting bahwa hidangan ini besar kemungkinan dimaksudkan untuk bisa mengiringi aktivitas atau pekerjaan atau perjalanan yang memakan waktu lama, oleh karena itu pula pasti memerlukan logistik yang tahan lama pula.