JAKARTA - Ketua DPR RI sekaligus cucu Proklamator Bung Karno, Puan Maharani mengenang sang kakek yang telah pergi meninggalkan bangsa Indonesia 52 tahun silam.
Meski sudah lebih dari setengah abad berpulang, Bung Karno tetap hidup dan bersemayam di hati sanubari rakyat Indonesia.
“Pada tanggal 21 Juni 1970, atau tepatnya 52 tahun yang lalu, Bung Karno telah pergi meninggalkan kita semua. Namun setelah lebih dari setengah abad Bung Karno pergi meninggalkan kita semua, nama beliau tetap harum di tengah-tengah bangsanya dan juga di dunia internasional, meski di era sebelum saat ini, Bung Karno mengalami proses desoekarnoisasi yang amat terstruktur dan sistematis,” kata Puan.
Hal itu disampaikan Puan di sela-sela doa bersama yang melibatkan seluruh unsur agama dan pengahat kepercayaan di Komplek Masjid At Taufiq, Sekolah Partai PDI Perjuangan, Jakarta, Senin (20/6) malam.
“Bagi saya, itulah ciri seorang pemimpin sejati, meski telah wafat dan nama baiknya berusaha untuk dihancurkan dan dilenyapkan, Bung Karno tetap hidup dan bersemayam di hati sanubari rakyatnya,” kata Puan.
Puan mengatakan, nama Bung Karno tetap harum dan bersemayam di hati rakyatnya karena begitu banyak jasa-jasa dan legacy Bung Besar bagi bangsa Indonesia dan bagi dunia yang tidak mungkin dapat dilupakan.
Puan setidaknya saya mencatat ada enam dimensi Bung Karno. Pertama, Bung Karno sebagai pejuang-pemikir dan pemikir-pejuang yang telah berjasa berjuang dan merebut kemerdekaan bangsa Indonesia.
Kedua, Bung Karno sebagai seorang ideolog bangsa yang telah menggali dan mengonseptualisasikan Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara Indonesia merdeka. Ketiga, Bung Karno sebagai Proklamator Kemerdekaan Bangsa Indonesia.
“Keempat, Bung Karno sebagai Presiden Pertama Republik Indonesia. Kelima, Bung Karno sebagai seorang pemimpin dunia yang berjasa memberikan inspirasi bagi bangsa-bangsa asia afrika untuk merebut kemerdekaan bangsanya sendiri melalui penyelenggaraan Konferensi Asia Afrika pada tahun 1955 di Bandung, dan Keenam, Bung Karno sebagai seorang pemikir dan pejuang Islam,” papar Puan.
Dalam dimensinya sebagai seorang Pemikir dan Pejuang Islam, kata Puan, dapat dilihat dari jejak-jejak dan legacy yang ditinggalkannya, antara lain sebagai seorang kader dan Pimpinan Muhammadiyah pada masa itu.
“Bung Karno juga telah mendapatkan gelar Walliyul Amri Adharori Bi As Asyaukah dari Muktamar Nahdlatul Ulama tahun 1954 di Surabaya. Bung Karno juga pernah diberi gelar sebagai seorang ‘Pejuang dan Pendekar Islam’ oleh Konferensi Negara-Negara Asia Afrika pada tahun 1965,” kata perempuan pertama yang menjabat Ketua DPR tersebut.
Di samping itu, kata Puan, Bung Karno juga telah berjasa atas ditemukannya makam Imam Bukhari, seorang perawi Nabi Muhammad SAW (Shalallahu Alaihi Wassalam) di Kota Samarkhan Uzbekistan, yang dulu masih menjadi bagian negara Uni Soviet.
“Bung Karno juga pernah berjasa menyelematkan Universitas Al Azhar Kairo Mesir dari rencana Presiden Mesir Gamal Abdul Nasser ketika pada waktu itu beliau berniat untuk membubarkan Universitas Islam tertua di dunia itu,” ujarnya.
“Bung Karno pula lah yang mengusulkan agar di Padang Arafah tempat ummat Islam menunaikan rukun haji di Saudi Arabia di tanami pohon-pohonan yang rindang. Dan masih banyak lagi jasa-jasa dan legacy Bung Karno kepada agama Islam dan dunia Islam,” paparnya. (JPNN-red)